Almarhum lahir tanggal 10 Mei 1922. Salah satu karya jurnalistiknya yaitu Kisah-Kisah Zaman Revolusi yang ditulis pada tahun 1975. Almarhum merupakan satu-satunya wartawan lokal yang meliput KMB di Den Haag, Belanda. Almarhum mendapat anugrah Bintang Mahaputra III di peralihan masa Orde Baru. Pada masa perjuangan, Almarhum pernah disekap oleh Belanda di Bukit Duri, Jakarta Selatan, dan koran miliknya "Pedoman" ditutup oleh rezim pada tahun 1961.
Berikut kesan-kesan para tokoh masyarakat terhapap almarhum:
- Boediono (Wakil Presiden) - "Dia saksi sejarah Indonesia dan penuh karya. Dan sampai hayatnya, beliau sangat produktif dan hasilkan karya-karya dan ingin meluncurkan suatu karya yang akan diluncurkan. Saya rasa luar biasa".
- Agung Laksono (Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat) - "Beliau sebagai panutan dan juga suka mengkritik, tapi kritikannya sejuk sehingga bisa diterima".
- Suparman Marzuki (Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi Komisi Yudisial) - "Saya ikut berduka untuk beliau. Kita kehilangan seorang jurnalis sejati yang memegang teguh prinsip-prinsip pers. Beliau itu dokumen hidup".
Pada masa hidupnya, almarhum memiliki keinginan untuk menulis kisah cintanya dengan almarhumah istri Siti Zuraidah yang telah meninggal pada September 2010 lalu. Menurut putranya, Omar Luthfi Anwar, buku tersebut telah selesai. "Sekarang tinggal naik cetak", terang Omar.
Semua orang tentu mengharapkan adanya penerus dari almarhum, karena masih banyak jurnalis muda yang memiliki kemampuan membanggakan seperti Almarhum. Alamarhum adalah sosok panutan bagi seluruh media pers di Indonesia. Semoga amal ibadahnya diterima disisi-Nya.
Selamat jalan Pak Ros..
0 komentar:
Posting Komentar