Minggu, 27 Juni 2010

Manusia setengah-setengah

Salah satu hal yang paling aku takutin di dunia ini adalah manusia setengah-setengah alias bencong. Setiap kali ketemu bencong, aku selalu menjauh ato paling nggak ngumpet. Gak tau kenapa aku bisa takut banget ma orang setengah laki setengah perempuan itu, yang pasti aku keringet dingin kalo ketemu. Kalo disuruh milih, mending loncat dari gedung 10 lantai daripada ketemu bencong.


Salah satu kejadian aku ketemu bencong yaitu pas aku pulang abis olah raga di sekolah. Cerintanya aku lagi belajar nyetir motor. Motor itu punya temenku, si Landung. Aku coba buat muter beli bensin deket sekolah. Awalnya pembelajaranku naik motor aman-aman saja. Tiba-tiba ada sebuah angkot menyalip motorku. Sekilas ada dua orang cewek meliat aku sedang nyetir motor sambil ketawa-ketiwi. Penasaran aku perhatikan secara seksama perempuan di dalam angkot itu, aku terkaget karena ternyata yang memperhatikanku daritadi itu bencong. Darahku langsung mengalir kenceng. Aku menunduk tanpa melihat arah depan lagi. Saat aku belok, aku langsung tancap gas karena takut bencong-bencong itu mengejarku.


Pengalamanku dengan bencong gak hanya itu aja. Pernah suatu saat pas aku lagi asyik duduk di depan rumah. Entah darimana datangnya, muncullah seorang bencong dengan perawakan yang tinggi besar. Dia bernyanyi dengan bergaya perempuan di depan rumahku. Aku yang kaget lalu gemeteran hanya bisa menundukkan kepala. Tapi bapakku malah menyuruhku mengambilkan uang receh untuk dibeikan kepada bencong itu. Aku pun kedalam lalu keluar sambil membawa beberapa uang receh. Saat aku memberikan uang receh itu, tiba tiba si bencong memegang tanganku kenceng banget. Lalu dia bilang,”Aduuhh, mas ini lucu banget deh!”. Jederrr. Seolah mendengar berita kalo kambingku kecelakaan pas naik motor, jantungku berdegup kencang seolah pengen segera lari masuk ke dalam rumah. Tapi tanganku di pegang kenceng banget sampe aku gak bisa lepas. Dengan sekuat tenaga aku menarik tanganku lalu lari masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah aku gemeter sambil ngos-ngosan karena lari sekenceng-kencengnya.


Kejadian lain yang membuatku shok dengan bencong yaitu dimana saat aku pulang sekolah naik angkot. Karena gak bawa motor, aku pulang kerumah naik angkot ma Wawonk. Setelah menunggu angkot cukup lama, akhirnya angkot yang kita tunggu akhirnya ada juga. Tanpa ada firasat apapun, aku memberi tanda untuk memberhentikan angkot itu. Saat aku mengangkat kaki mau naik angkot, OMG! Mimpi apa aku semalem?!?! Tiga dari lima penumpang angkot itu adalah bencong. Dua diantaranya duduk dekat pintu. Dan satu lagi duduk di tengah. Sedangkan dua orang penumpang lainnya duduk menepi, sehingga tempat yang longgar hanya di samping bencong itu. Dengan gemeteran aku duduk di sebelah bencong yang badannya paling gede di banding yang lain. Wawonk duduk di sebelah bencong yang berpostur sedang. Selama perjalanan aku hanya diam dan menunduk, berharap agar cepet nyampe rumah. Tapi perjalanan di angkot waktu itu rasanya lama banget. Sesekali aku memperhatikan Wawonk, diapun hanya duduk terdiam membisu tanpa bicara apapun. Beberapa menit sebelum aku turun, bencong-bencong itu turun. Serasa bisa terbang ke angkasa, aku dan Wawonk menghela napas panjang sambil mengelus-elus dada.




Share/Bookmark


0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...