Kamis, 21 Oktober 2010

Gak enak, sungkan.

Berangkat ke Jakarta sendirian naik kereta ekonomi gak pernah telintas di benakku sebelumnya. Tapi demi cinta, aku rela berangkat kesana sendiri. Padahal sebelum berangkat sempat agak ditahan orang tua biar gak berangkat dengan dalih banyak copet lah, capek lah, tapi aku ngeyel dan tetep berangkat meski ijinnya berangkat dan dibayari ma temen. Gak kebayang gimana rasa deg degannya sebelum berangkat kaya gimana. Dag dig dug perasaan ini. Semua perasaan campur aduk gak karuan. Bayangin aja, gak pena pergi jauh sendiri, eh pas pergi jauh sendiri ke Jakarta plus naik kereta ekonomi.


Sebelum kereta berangkat, aku duduk sambil ngeliat orang lalu lalang dari dalam kereta. Mataku tertuju pada sepasang suami istri setengah baya. Entah karena apa aku memperhatikan mereka, mungkin karena penampilannya cukup mencolok ato karena apa. Mataku beralih dari pasutri itu saat tanda kereta mau berangkat berbunyi.


Saat kereta uda mulai jalan, pasutri itu duduk pas di depanku. Dan selama perjalanan aku terus mencuri curi pandang memperhatikan mereka.


Pas kereta uda malem dan semua orang tidur. Tiba tiba si istri membuka beberapa lembar koran. Aku pikir, masa uda malem mau baca koran. Tiba tiba si istri itu duduk di lantai, trus langsung tidur di bawah. Aku ngerasa gak enak karena aku pikir masa yang muda tidur di bawah.


Aku makin kaget saat si istri itu memasukkan kepalanya di bawah kursi yang ia duduki tadi(bayangin aja kaya gimana gak enaknya).


“kakinya dilurusin aja disini (kursi tempat si sitri kepalanya nyelem).”, pinta si suaminya.

“Ah gak usah, pak. makasi”, tolakku perlahan.

“Gapapa dek, Dia uda biasa kaya gini koq”, jelas si suami.


Dengan perasaan yang amat gak enak karena ngerasa gak sopan, akhirnya aku meluruskan kakiku di kursi tempat dimana si istri memasukkan kepala dibawahnya. Dan si istri dengan nyaman tidur di kolong kursi kaya tidur di spring bed.



Share/Bookmark

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...